Meniti Karir Gadis Perbatasan Dengan Sejuta Pesona

banner 120x600

Sempat ragu akan pilihannya, namun akhirnya Dwi Saputri gadis cantik (Lawa) kelahiran Duri,Riau 17 Agustus 1996, akhirnya mulai menapak keinginannya.

Lewat wawancara ekslusif dengan media IGNNEWS.ID, adek panggilan akrab Dwi Saputri menceritakan, sejak kecil dirinya sangat hoby menari dan terus berlanjut sampai sekolah dasar.

“Dari hoby ini, membuat saya memilih melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi di IKJ Jakarta,”cerita Dwi sambil tersenyum malu, Minggu (28/6/2020).

Dengan balutan busana berwarna hitam terbaluti gaya hijabnya putri kedua pasangan dari Saiffudin dan Zumaida itu mengaku terpanggil dan tak ragu akan pilihannya setelah melihat langsung minimnya minat anak-anak menari didaerah ini.

“Ini Godam dalam memicu keinginan untuk memiliki gedung sanggar, dan mengajarkan anak-anak dalam menari, khususnya tarian tradisional sesuai dengan tradisi yang telah diimpikan sejak kecil,”ungkapnya dengan sambil sekali-kali melempar senyum khasnya itu dari pancaran aura wajah yang lembut itu.

Dirinya juga pencinta makanan-makanan khas asal Anambas itu melanjutkan ceritanya, setelah kembali ke daerah ini, keinginan itu makin kuat dan satu tekad yang harus dilakukan adalah mengajar tari-tari tradisional di kampus kepada anak-anak.

Setelah menyelesaikan pendidikan Strata 1 selama kurang lebih 4,5 tahun, Dara dengan sejuta pesona ini menambahkan, saat ini ia menjadi guru ekstrakurikuler di Sekolah Dasar (SD) Air Asuk dimana sebagai wilayah tempat tinggalnya.

“Saat ini saya masih sering mengikuti acara- acara yang yang ada di provinsi. Dan yang selalu membekas saat masih berkuliah dulu selalu mengangkat cerita tentang Anambas,”kenangnya.

Dwi Saputri gadis Anambas yang terus meniti karirnya. (foto Dwi Saputri serahkan kepada IGNNEWS.ID)

Dengan senyum khasnya, dara manis ini menyampaikan, bahwa dirinya sempat ikut memperkenalkan budaya Indonesia yang ada di Romania pada Bulan April silam. Sayangnya kegiatan tersebut terpaksa di undur karena adanya pandemi covid-19 yang melanda dunia.

“Selama ujian koreografi dikampus, saya selalu mengangkat cerita tentang daerah anambas, baik dari pengalaman pribadi maupun bagaimna keunikan budaya di sini,”cerita dara itu lagi.

Kendati jadwal cukup padat namun dengan sejuta potensinya, ia menjadi staf Panwascam dan menjadi pengajar ekskul disekolah, juga membuka usaha sampingan dengan menyalurkan bakat makeup nya.

“Saat ini saya membuka jasa makeup untuk wisuda, perpisahan sekolah maupun perkawinan. Usaha ini sudah berjalan sejak masih berkuliah. Alhamdulilah usaha ini masih berjalan dari kuliah dulu sampai sekarang. Awalnya karena banyak yang minta makeup acara wisuda waktu di Jakarta, jadi saya iseng-iseng buka di Anambas setelah lulus kuliah kebetulan saya belum dapat kerja. Ternyata alhamdulilah banyak yang berminat dan sering di panggil untuk acara perpisahan, prewedding, lamaran, khatam alquran dan pernikahan,”ujar dia sambil mengganti posisi duduk yang menambah keanggunannya.

Menurut dara yang telah jadi idola sejak kanak-kanak ini, pencapaian yang diraih sekarang berkat doa dan usaha kedua orangtuanya.

Namun tiba-tiba wajah ceria Dwi berubah sendu, ternyata ia masih belum bisa mewujudkan keinginan untuk menghajikakan kedua orangtuanya. (Julina)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *