Vihara Wisata Religi Fenomenal Anambas

Vihara bagi warga ketutunan Tionghua di Anambas (foto Ignnews.id)
banner 120x600

Ignnews.id,Anambas-Wisata religi yang fenomenal bagi warga Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA) khususnya bagi warga keturunan Tionghua yang dkenal dengan nama Vihara Gunung Dewa Siantan yang administratif berada di Jalan Tanjung Lambai, Desa Sri Tanjung, Kecamatan Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas.

Bangunan yang berdiri kokoh di tebing berbatu dan menghadap ke laut lepas dengan pemandangan hiruk pikuk kegiatan di laut dan Kota Tarempa yang dipagari pegunungan hijau.

Bangunan megah ini awalnya hanyalah berupa bangunan sederhana yang terbuat dari kayu dan berdinding papan, dan terletak di tepi pantai yang membuat bangunan ini rentan dihantam gelombang. Akhirnya, pada tahun 1963, Vihara ini dipindahkan di tempat posisi dimana Vihara itu kini berada.

“Vihara ini awalnya adalah bangunan kayu dan terletak di tepi laut, namun jika cuaca sedang tidak mendukung bangunan rentan dihantam gelombang dan dipindahkan di tempat sekarang ini,” ungkap Yoel Wijaya, ST selaku Kepala Seksi Pengembangan Potensi dan Daya Tarik Wisata, Jum’at (25/9/2020).

Vihara ini merupakan tempat peribadatan warga Tionghoa yang menganut agama Budha Tridharma, yaitu Taoisme, Buddha dan Kong Hu Cu di Kecamatan Siantan. Karena Masyarakat Tionghoa merupakan penduduk terbanyak setelah Suku Melayu.

Bagian puncak kuil terdapat dua patung ular naga yang berdiri kokoh saling berhadapan satu sama lain. Di bagian dalam Vihara juga terdapat patung-patung dewa yang berdiri di beberapa sudut. Diantaranya, Kwan Gui Yung Phu Sat, San Pou Fo, Kwang Ti Kong, dll. Juga terdapat patung Budha Gautama yang berada dalam aula seluas 8M × 8M.

Untuk mengunjungi Vihara ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki maupun menggunakan sepeda motor dari pusat Kota tarempa atau Pelabuhan Pemda berjarak kurang lebih 500 Meter.

“Untuk siapa pun yang ingin berkunjung ke Vihara ini sebaiknya menggunakan guide wisata lokal yang direkomendasikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sehingga apabila mengunjungi tempat peribadatan ini tidak menganggu tempat peribadatan,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa pengunjung Vihara setelah terdampak Covid-19 menurun. Bagi pengunjung yang datang untuk wisata maupun beribadah diwajibkan mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

“Baik dari pihak disparbud (Dinas Pariwista dan Kebudayaan) dan pihak pengurus Vihara tidak membatasi kunjungan, hanya saja kami memberi himbauan kepada pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan yang sudah ada pada saat berkunjung,” ucap dia.

Pada 1 Oktober ini bertepatan dengan Event Moon Cake Night, Vihara akan ramai pengunjung. Karena di perayaan ini banyak warga Tionghoa yang akan datang untuk menghadiri Perayaan yang pernah digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) pada Tahun 2018.

“Tanggal 1 Oktober ini Vihara akan ramai pengunjung, apa lagi dari Masyarakat Tionghoa yang akan merayakan Event Moon Cake Night yang ada setiap satu tahun sekali. Meski tidak digelar, tetapi perayaan ini tetap akan dirayakan oleh masyarakat Tionghoa karena merupakan hari besar yang tidak akan mungkin dilewatkan,” jelasnya.

Festival Moon Cake atau Kue Bulan ini merupakan tradisi turun temurun dari etnis Tionghoa di seluruh penjuru dunia. Moon Cake dirayakan setiap tahun menyambut Bulan purnama. Perayaan Kue bulan ini menjadi hari raya Masyarakat China kedua yang terbesar selain hari raya Imlek. (Rn/Dokumen Disparbud KKA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *