Kelola Kerang Mutiara Butuh SDM Handal

Hasil Kerang mutiara yang dikelola
banner 120x600

Ignnews.id,Anambas-Dinas Perikanan Pertanian Pangan (DP3) Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA) bersama dengan Sekolah Tinggi Perikanan dan Lembaga Oceanografi melakukan kajian kelayakan terhadap pengembangan kerang mutiara pada tahun 2013 di anambas.

Dari hasil kajian tersebut disimpulkan bahwa anambas punya potensi untuk menjadi daerah budidaya dan pengembangan Kerang mutiara.

Kemudian pada tahun 2014 Dilakukan pilot project percontohan sampai dengan 2018. Kemudian DP3 kembali menggandeng dan mendatangkan Sekolah Tinggi Perikanan dan Lembaga Oceanografi sebagai tenaga ahli dan pendamping. Dari pilot project tersebut akhirnya kerang-kerang yang dibudidaya menghasilkan mutiara.

Nur Alam selaku Kepala Bidang di DP3 Kabupaten Anambas mengatakan, budidaya pemeliharaan kerang ini memakan waktu cukup lama untuk sampai ke tahapan terbentuknya mutiara.

“Mulai dari benih, untuk menghasilkan mutiara cukup lama mencapai sekitar 2 sampai 3 tahun,” kata Nur Alam kepada wartawan ketika ditemui, (01/10/2020).

Ia mengatakan, kerang-kerang ini didatangkan dari lombok dan di budidayakan di Desa Bayat Kecamatan Sinatan Utara.

Cara membudidaya kerang mutiara ini cukup mudah, dengan cara memasukkan kerang-kerang ini ke dalam media yang digantung sekitar 3-4 meter dibawah permukaan laut. Plankton atau ikan-ikan kecil yang akan menjadi makanan kerang ini.

Dari 2017 sampai 2018 ada sekitar 400 kerang yang menghasilkan mutiara. Ada dua jenis mutiara yang dihasilkan oleh kerang tersebut yakni mutiara berwarna gold dan silver.

Ada dua tahap dalam budidaya kerang ini pertama pemeliharaan kerang, yang kedua penyuntikan inti mutiara ke dalam daging kerang ketika kerang berukuran sekitar 7-9 cm.

“Diperlukan keterampilan extra untuk proses suntik ini. Suntik ini tidak boleh sembarangan. Jika tidak bagus hasil operasi penyuntikannya kerang bisa mati,” jelas dia.

Lanjut dia, Kendala dalam pemeliharaan kerang tersebut disebabkan masih banyak masyarakat yang kurang menguasai teknologi, sementara tenaga ahli yang menguasai tidak selalu berada di tempat.

“SDM yang mengusai terkait hal ini yang menjadi kendala sehingga sulit berkembang dengan baik,” pungkas dia. (Julina)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *