BINTAN – Maknai Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke 94 di tahun 2022 ini, Nahdlatul Ulama (NU) Bintan membangkitkan semangat pemuda untuk mampu mandiri membangun ekonomi dan menghadapi resesi yang diperkirakan akan terjadi di tahun depan.
Indra Setiawan, pengurus NU Bintan dengan jabatan bendahara ini merupakan salah seorang yang mendorong mandirinya ekonomi para pemuda di Bintan, khususnya di wilayah lingkungannya.
Pria yang akrab disapa Een ini terus berupaya mengajak dan membina para pemuda untuk mampu mandiri di segala bidang yang dilakoni. Namun, latar belakang Een yang merupakan pengusaha ini, ingin terus mendorong pemuda untuk mandiri secara ekonomi dengan berdagang ataupun menjadi petani.
Seperti Farhan (30), salah seorang pemuda NU Bintan yang dibina untuk menjadi petani milenial di Tanjunguban. Di bimbingan Indra Setiawan, Farhan didorong menjadi petani yang mandiri dan mampu menciptakan kemandirian ekonomi personalnya.
Farhan yang merupakan petani milenial diajak untuk mengembangkan budidaya tanaman untuk kebutuhan masyarakat di Bintan. Menurutnya, dengan mengembangkan kebutuhan pangan, maka akan memudahkan pemenuhan kebutuhan pasar dengan harga yang bersaing.
Buka Farhan satu-satunya, hingga kini Indra Setiawan telah membina lebih dari 300 pemuda dan pemudi yang ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Lombok yang menjadi petani cabai yang mandiri. Dengan metode kerjasama dan memberikan fasilitas lahan dan sebagainya, Indra membuka peluang usaha pertanian cabai dengan kerjasama mitra. Hal itu pun kini berjalan dan memberikan dampak ekonomi untuk pendapatan pemuda dan pemudi disana, serta memberikan hasil harga cabai di Bintan yang jauh lebih murah dibandingkan wilayah lain di Kepri.
Kini, hal itu yang ingin ditularkannya secara perlahan kepada pemuda di Bintan, khususnya di Bintan Utara. Menurutnya, pendapatan dari bertani dan berdagang tidak bisa dianggap remeh. Meski petani dan pedagang tidak begitu disenangi anak muda, namun ia yakin bidang ini harus dilakukan sebagai salah satu cara untuk menghadapi tantangan ekonomi khususnya resesi ekonomi di tahun depan.
“Memang bertani ini kerap dianggap profesi remeh, tapi itu anggapan saja, faktanya banyak masyarakat kita berhasil di bidang pertanian,” katanya, Jumat (28/10/2022).
Ia menambahkan, tantangan bertani yang dianggap membutuhkan modal tinggi harus disikapi dengan bijak dan pintar. Misalnya dengan mempelajari pola tanam dan tanah serta pupuk.
“Misalnya pupuk kimia mahal, ya harus dipelajari dengan penggunaan pupuk kandang maupun pupuk alami lainnya. Banyak petani juga yang belajar di youtube misalnya. Intinya mulai dari kecil-kecil, jangan takut mencoba,” ungkapnya pria yang juga merupakan Anggota DPRD Bintan ini.
Seperti Farhan yang dibinanya, Indra mendorong pemuda ini bertani dengan belajar ke berbagai sumber, agar hasil pertaniannya maksimal. Indra pun juga akan membantu pemasaran produk pertanian tersebut.
“Nah seperti sekarang ini adik kita Farhan menanam melon, alhamdulillah hasilnya bagus, dari modalnya sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 jutaan, kami prediksi pendapatan panen dapat mencapai Rp 15 juta. Ini dalam 70 hari tanam, artinya selama 3 bulan ia mampu mendapatkan Rp 10 juta,” jelas Indra yang juga Ketua DPC PDIP Bintan ini.
Ia pun menegaskan, agar anak muda harus berani dan mandiri, serta tidak hanya dengan bermain media sosial semata dan bermalas-malasan atau hanya membangun pencitraan atau flexing dengan media sosial tersebut.
“Milenial jangan bisa main media sosial saja, tapi harus mampu mandiri, punya pendapatan sendiri. Apapun profesinya, tekuni, jangan malu jangan gengsi. Itu baru semangat sumpah pemuda,” tegasnya.
Sementara itu, Farhan mengatakan, untuk bertani menurutnya gampang-gampang susah. Namun jika terus dipelajari dan dilakukan akan mendominasi kemudahannya.
“Ya seperti menanam melon ini, mudah dan modalnya tak besar-besar kali. Seperti penggunaan pupuk kandang dan kompos yang kami maksimalkan, sehingga kebutuhan akan bahan kimia maupun obat tanaman semakin minim,” jelasnya.
Selain melon, Farhan juga kini bertanam cabai, daun seledri dan juga daun bawang dalam skala kecil. Tanaman tersebut memiliki waktu panen yang berbeda dan memberikan dampak ekonomi bagi kebutuhan keluarganya.(aan)