Desa Piabung Dijuluki Kampung Bilis, Ada Apa?

Warga Desa Piabung saat menjemur ikan bilis (foto Ignnews.id)
banner 120x600

Ignnews.id,Anambas-Sejak 2017 lalu Desa Piabung Kecamatan Palmatak Kabupaten Kepulauan Anambas membangun program pengembangan Usaha Sentra olahan yang di kenal dengan “Kampung Bilis”. Kampung bilis ini terbentuk karena sebagian besar masyarakat di Desa Piabung bekerja sebagai penghasil ikan bilis menggunakan alat tangkap yakni disebut Bagan.

Sebagian dari masyarakatnya bekerja sebagai penjemur ikan-ikan bilis yang harus dikeringkan.

Tarmizi (60) warga Desa Piabung menceritakan, ia sudah 3 tahun bekerja mengambil upah menjemur ikan bilis. bilis yang akan dijemur harus direbus terlebih dahulu agar bau amisnya hilang. Jika cuaca bagus, tidak sampai satu hari bilis-bilis tersebut sudah kering. Untuk bayarannya satu keranjang bilis setara dengan 5-6 kg bilis dibayar dengan Rp 10.000.

“Hampir tiga tahun saya dan istri saya ambil upah jemur bilis, biasa nya dibayar Rp 10.000 per keranjang atau 5 kg bilis. Kalau hari panas setengah hari sudah kering,” ungkap Tarmizi kepada wartawan, Selasa (18/8/2020).

Menurut dia, pekerjaan ini cocok untuk ia dan istrinya yang sudah lanjut usia. Pendapatan dari menjemur bilis ini tidaklah banyak namun lumayan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ia dan keluarga.

“Bukan saya saja yang bekerja sebagai penjemur bilis, tapi masyarakat lain juga. Kalau keluarga saya, semua dari anak sampai menantu saya kerja ini. Lumayan untuk memenuhi kehidupan kami selama ini,” ujar dia.

Kata dia lagi, ikan bilis yang di jemur ini bukan berasal dari hasil tangkapannya. Ada pemilik bagan yang menyuplai kepada penjemur ikan bilis ke masyarakat Desa Piabung untuk mengeringkan ikan bilis tersebut. Setelah bilis-bilis kering akan di ambil oleh pemilik bagan tersebut.

“Kini Desa Piabung dijuluki sebagai Kampung Bilis dan hal itu bukan menjadi rahasia umum lagi,” sebut dia.

Lanjutnya, terkait kendala yang dialami tergantung keadaan cuaca dan lokasi penjemuran yang kurang luas. Terkadang masyarakat manfaatkan akses jalan untuk tempat penjemuran namun tetap dimakan ayam, kucing serta anjing yang melintas.

“Kami harus jaga dari hewan tersebut. Kendalanya hanya lokasi dan tergantung dengan keadaan cuaca,” pungkasnya. (Julina)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *