Nelayan Budidaya Desa Keramut Kurang Perhatian

Sonny selaku nelayan Budidaya ketika ditemui ignnews.id di Desa Keramut
banner 120x600

ignnews.id,Anambas-Seorang nelayan budidaya merasa dianak tirikan oleh dinas terkait dengan nelayan tangkap di Desa Keramut Kecamatan Jemaja Barat Kabupaten Kepulauan Anambas selama ini.

Dirinya tidak pernah mendapat bantuan sebagai nelayan budidaya dari dinas tersebut, namun nelayan yang bekerja menggunakan alat tangkap sering mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui dinas terkait.

“Saya berharap, jangan kami dibeda-bedakan. Kami juga sebagai nelayan Kabupaten Kepulauan Anambas yang terdaftar sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kalau salurkan bantuan kepada nelayan tangkap, kami disalurkan juga mestinya,” ungkap Sony selaku nelayan budidaya di Desa Keramut Kecamatan Jemaja Barat Kabupaten Kepulauan Anambas, kemarin.

Dirinya mengatakan, sejak melaut dari tahun 2000 sebagai nelayan budidaya dirinya tidak pernah merasakan bantuan dari pemerintah. Diakuinya, ketika pejabat turun ke wilayahnya menyampaikan agar bekerja berkelompok dan merekapun mengikuti saran dari pihak pemerintah, bahkan diminta ajukan proposal, hingga saat ini tidak pernah kunjung kabar terkait hal itu.

“Proposal itu kami ajukan ke pemerintah kabupaten dan bahkan pernah ke pemerintah provinsi kepri. Sekarang ini kami sudah capek buat proposal. Bagus kami pergi nyelam cari bibit ikan, ketimbang sakit hati dibohongi terus,” ucapnya.

Ia menceritakan, sebagai nelayan budidaya bekerja pergi pagi pulang sore menjelang malam. Namun nelayan tangkap bekerja dari hari Jum’at pulang ke rumah hari Kamis. Nelayan tangkap mencari ikan mati, jika nelayan budidaya mencari bibit ikan yang hidup.

“Pada prinsipnya tergantung rezeki pula. Kecuali nelayan di anambas sudah memiliki peralatan yang canggih dan kapal kapasitas besar. Pasti akan mendapat hasil tangkapan yang jumlah besar pula,” ucapnya.

Ia juga menceritakan, nelayan budidaya di wilayah Kecamatan Jemaja, Jemaja Barat dan Jemaja Timur merasa aneh dikarenakan tidak bisa menjual ikan budidayanya dengan pembeli dari kapal Hongkong.

“Sudah lama kami tidak bisa jual ikan kepada pembeli dari kapal Hongkong. Kami terpaksa menjualnya kepada tengkulak. Anehnya, kenapa kapal Hongkong itu yang mendapat izin tidak masuk atau sandar membeli ikan di wilayah Pulau Jemaja. Kapal Hongkong hanya bersandar di wilayah Pulau Tarempa sebagai ibukota Kabupaten Kepulauan Anambas,” heran dia.

Sony menerangkan, jenis ikan kerapu dan sonok dibeli dengan harga Rp 250 ribu persize. Ada dua jenis ikan tersebut, satu ada bintik-bintik dan jenis lainnya berwarna kemerahan. (Fendi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *