PMII Teriak Proyek Play Over Sudah Retak, Rp 60 Miliar Tersedot

Aksi unjuk rasa yang digelar oleh PMII di bundaran Dompak Tanjungpinang (ft-ignnews.id)
banner 120x600

IGNNews.id,Tanjungpinang-Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tanjungpinang melakukan aksi unjuk rasa di halaman kantor Gubernur Provinsi Kepri, dalam aksi kali ini puluhan mahasiswa menyinggung Pemprov Kepri terkait Pembangunan Play Over (Jalan Layang) yang di anggap tidak memiliki nilai guna dan bahkan pembangunannya tidak baik karena di temukan keretakan di berbagi sisi Jembatan Play over yang berada di jalan Basuki Rahmat, Senin (16/10/2023)

Selain itu mahasiswa juga menuntut transparansi terkait pemberian beasiswa oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

Pada aksi unjuk rasa Mahasiswa PMII Tanjungpinang Bintan tersebut aparat keamanan baik Polisi dan Satpol PP telah berjaga jaga di Kantor Gubernur Kepri.

Mahasiswa PMII Tanjungpinang Bintan mempertanyakan pembangunan Play Over Basuki Rahmat dengan menggunakan anggaran Rp60 milyar rupiah dengan alasan mengurai kemacetan.

Namun para Mahasiswa PMII Tanjungpinang Bintan keberatan dibangunnya play over tersebut semestinya jalan layang dibangun pada lokasi sering terjadinya kemacetan. Akan tetapi pembangunan jalan layang Basuki Rahmat tidaklah maksimal

Para Mahasiswa PMII Tanjungpinang Bintan ini melihat pembangunan Jalan Layang Basuki Rahmat belum genap setahun telah terjadi keretakan.

Ridho Al Waliyu selaku koordinator lapangan menyampaikan ada dua isu yang dibawa oleh Mahasiswa PMII Tanjungpinang Bintan pertama masalah pembangunan Play Over yang katanya urgensi untuk solusi kemacetan lalu lintas.

“Kami memperhatikan tidak ada kemacetan di daerah tersebut (Basuki Rahmat_red). Kalau berbicara kemacetan, Batu 9, Batu 6 dan batu 7 itu macet,” jelas Ridho.

Dirinya melanjutkan kalau ini menjadi solusi karena permasalahan kecelakaan, mengingat masa lalu di Km 6 tepatnya tugu adipura pernah mengalami kecelakaan tragis.

“Kenapa tidak disitu, pak Ansar Ahmad itu mengatakan bahwasannya dua alasan play over itu dibangun salah satunya sebagai tempat wisata. Maksud saya sejak kapan play over dijadikan destinasi wisata jika memang dijadikan destinasi pariwisata kenapa dalam waktu satu tahun sudah memiliki kerusakan,” lanjutnya.

Sementara isu kedua yang disampaikan Mahasiswa PMII Tanjungpinang Bintan, terkait beasiswa Baznas dimana turunkan dua kali namun tidak sesuai dengan anggarannya.

“Anggaran pertama Rp800 juta dan anggaran kedua Rp200 juta lebih. Itu yang turun harusnya Rp5 juta per orang mahasiswa dengan jumlah penerima 150 hingga 160 orang, tapi yang sampai ke mahasiswa Rp2 juta. Nah kami pertanyakan itu kemana sisa uangnya,” ungkap Ridho.

Ia menegaskan pihaknya memiliki rekan mahasiswa yang menjadi korban daripada penerima beasiswa ini. Selain itu mahasiswa juga belum mendapatkan jawaban dari Baznas itu sendiri.

“Kami sudah mempertanyakan cuma belum ada balasan atau di gubris dari pihak Baznas sendiri,”pungkasnya. (Fery)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *